Kamis, 24 Februari 2011

Target Bentuk Dua Negara


Hasil Negosiasi Langsung Pemimpin Palestina dan Israel
WASHINGTON -  Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berhasil memediasi pertemuan bilateral antara Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, di Gedung Putih Washington  AS, Kamis (2/9) kemarin. Pertemuan ini merupakan babak baru pembicaraan perdamaian kedua negara Timur Tengah tersebut.
Sebab, setelah hampir dua tahun (20 bulan) negosiasi terbengkalai, Palestina dan Israel akhirnya kembali naik ke meja perundingan dan melakukan negosiasi langsung. Dalam perundingan itu, turut hadir Raja Jordania Abdullah II dan Presiden Mesir Hosni Mubarak, dua pemimpin negara Islam yang menyepakati perdamaian dengan Israel.
Dalam pernyataannya mengenai negosiasi langsung tersebut, Obama menyatakan bahwa target perundingan damai kali ini adalah terbentuknya dua negara, yakni Palestina dan Israel. Menurut Obama, selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Palestina dan Israel sebenarnya sudah saling membangun langkah penting untuk membentuk kepercayaan.
“Meski terbentur banyak halangan, kami, Pemerintah AS, beserta dengan juru runding lainnya, tidak pernah merasa putus asa akan negosiasi damai antara Palestina dan Israel,” kata Obama saat berpidato kemarin. Selain itu, Presiden kulit hitam pertama AS itu mengucapkan terima kasih kepada para juru runding, termasuk Menlu AS Hillary Clinton, serta utusan khusus Obama untuk perdamaian Timur Tengah, George Mitchell.
“Tujuan negosiasi ini amatlah jelas, yaitu negosiasi langsung antara Palestina dan Israel. Negosiasi dimaksudkan untuk menentukan status final dari isu-isu yang menjadi halangan dalam perundingan,” lanjut Obama dalam pidatonya.
Target lain dalam negoisasi itu, kata Obama, adalah menjamin keamanan warga Palestina dan Israel. Obama juga menyebutkan soal pentingnya (memperhatikan) pendudukan Israel yang dimulai sejak tahun 1967, dan memastikan terbentuknya negara Palestina yang merdeka, demokratis dan aman. Obama juga mengharapkan jika negara Palestina tersebut nantinya dapat berdampingan dengan Israel.
Selain itu, Obama juga memuji Presiden Abbas dan PM Netanyahu sebagai tokoh yang menghendaki perdamaian. Di mata Obama, kedua pemimpin itu memiliki komitmen akan menyelesaikan perjanjian perdamaian dalam waktu satu tahun. “AS akan terus mendukung penuh usaha perdamaian ini. AS akan menjadi partisipan yang aktif, dan akan terus menyokong usaha negosiasi damai tersebut,” jelasnya.
Dalam pernyataan menjelang makan malam dengan para pemimpin Arab, Rabu (1/9) waktu Washington, Netanyahu menggambarkan Abbas sebagai mitra dalam perdamaian. Karena itu, dia tidak akan membiarkan serangan terbaru menghalangi jalur menuju perdamaian.
Sementara itu, Abbas mengutuk serangan terhadap warga Israel dan menyeru pertumpahan darah diakhiri. Dia juga menyerukan pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat, dan mengatakan bahwa sudah tiba waktunya untuk mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang mulai berlangsung tahun 1967.
Sebelum dimulainya perundingan, Obama berbincang dengan keempat pemimpin negara tersebut. Obama mengklaim bahwa perundingan langsung antara Palestina dan Israel akan mengakhiri pendudukan Israel tahun 1967. Selama Perang Enam Hari tahun 1967 itu, Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Timur al-Quds (Yerusalem), Dataran Tinggi Golan di Suriah, Semenanjung Sinai Mesir, serta Jalur Gaza. (AP/AFP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar