Rabu, 30 Maret 2011

Harga Minyak Bisa Tembus US$ 175 Jika Arab Saudi Ikut Rusuh


Akhmad Nurismarsyah - detikFinance



Jakarta - Harga minyak mentah dunia bisa melambung menembus US$ 175 per barel jika kisruh Timur Tengah merembet hingga Arab Saudi yang merupakan produsen minyak terbesar dunia.

Demikian disampaikan oleh Subramaya Bettadapura, selaku Dikrektur Energi & Power Systems, Frost & Sullivan Asia Pasific dalam diskusi Prediksi Industri Energi Indonesia, Jakarta (30/3/2011).

"Kami telah membuat empat skenario terkait perkiraan harga minyak yang kemungkinan menaik dan juga menurun tergantung kondisi yang memberi pengaruh harga minyak dunia," kata Subramaya.

Subramaya menyampaikan, OPEC (Negara-negara pengekspor minyak) telah berpendapat bahwa permasalahan minyak ini akhir-akhir ini disebabkan karena perkembangan situasi di kisruh Timur Tengah. Dan harga akan terancam jika kisruh sampai ke Arab Saudi yang merupakan jangkar utama untuk suplai minyak global dan stabilitas harga minyak dunia.

"Maka itu, jika kisruh di Timur Tengah ini berkembang sampai ke Saudi Arabia, harga minyak kami prediksi hingga US$ 175 per barel," ucapnya.

Subramaya, berdasarkan presentasinya sempat menunjukkan empat skenario perkiraan harga minyak dunia sebagai berikut:

  1. Harga minyak dunia menyentuh US$ 175 per barel jika kisruh ini menyebar sampai ke Saudi Arabia.
  2. Harga minyak dunia menyentuh US$ 125 per barel jika saja kisruh di Afrika Utara dan Timur Tengah masih berlanjut.
  3. Harga minyak dunia akan turun mencapai US$ 100 per barel jika kisruh tersebut berakhir.
  4. Harga minyak dunia akan turun mencapai US$ 75 per barel jika kisruh Afrika Utara dan Timur Tengah berakhir. Ditambah dengan pertumbuhan ekonomi negara di dunia sedang menurun.

Terkait pasokan minyak mentah dunia, Subramaya melihat belum ada dampak yang signifikan ke Indonesia meski ada gangguan pasokan dari Libya.

"Namun dampaknya terhadap Indonesia belum terlihat, hal ini disebabkan karena Indonesia sendiri banyak mengimpor dari Saudi Arabia dan Singapura. Ditambah, Indonesia juga memiliki stok minyak untuk 22 hari (maintenance stok), dan Indonesia memiliki perjanjian dengan negara tetangga untuk suplai minyak mengingat adanya situasi kisruh di Timur Tengah yang terus memburuk," tambahnya.

Subramaya memrediksi untuk jangka pendek, harga minyak dunia bisa meroket hingga US$ 120 per barel karena adanya kondisi Libya (krisis politik) dan Jepang  (pasca Gempa dan Tsunami) yang masih bisa belum ditentukan.

Pada perdagangan di pasar Asia hari ini, harga minyak sudah turun lagi berkat melonjaknya cadangan minyak AS. Minyak light sweet pengiriman Mei turun 55 sen menjadi US$ 104,24 per barel, sementara minyak Brent turun 21 sen menjadi US$ 114,95 per barel.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar